Jumat, 08 Maret 2013

maukah sahabat sekalian memaafkan jelata ini?

syair chairil anwar
 on Jurnal Airlangga: MCA: Dari Kita Untuk Chairil Anwar
syair chairil anwar image



capung ter


Aku


Berjalan sendiri,matipun sendiri
Hanya bertulang rusuk kanan
Dan patah sudah tulang rusuk kiri

Bukan hendak menangis
Bukan hendak mengemis
Inilah nasib jelata

Bak se onggok sampah
Mudah dipungut
Lalu dibanting tanpa ampun

Ah
Lelah ku bercermin
Kisah usang kehidupan

Kini
Ku harus kitari bumi
Tanpa mencium wewanginya
Tanpa merangkai bintang dan purnama
Sendiri
Hingga sejengkal ku hendak mati


Salam ahmad.
281109..

Maaf



Answer
ahmad,

entah berapa lama kau menulis syair, kini kau telah menunjukkan perkembanganmu. maka, kali ini aku akan mengapresiasi bukan sebagai ahmad yang tengah berlatih menulis syair. tapi, sebagai ahmad yang tengah menyair.

melalui gagasan/tema dan judul "aku" pada umumnya merupakan pernyataan/proklamasi si aku yang menyair. ia ingin mengatakan inilah aku; inilah diriku. maka, biasanya ada dua nada yang menyeruak dari tema/gagasan seperti ini. ada yang menggelegar-tegar (ingat, "AKU"-nya chairil anwar?) dan yang pesimistis-romantik seperti nada oretanmu ini. aku tidak bicara, yang ini benar yang itu salah, atau yang ini bagus yang itu buruk; biarlah pembaca yang menginterpretasikan. pertama-tama dan terpenting, kamu telah mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaanmu dengan jujur, mendasar dan menyeluruh.

pada bait pertama, gagasan kesendirian dan kedirian kau ungkap dengan metafora yang menarik. kemudian kau pertegas sikapmu pada bait kedua. namun larik terakhirnya "inilah nasib jelata", kau terlalu cepat mengambil kesimpulan, dengan menempatkan dirimu pada kelas sosial tertentu. hingga wajar jika kau menyimpulkan gagasan itu dengan bait ketiga, yang dalam benakku inilah sikap pesimistik-romantik yang menerima nasib.

tapi pada bait, "Ah/Lelah ku bercermin/Kisah usang kehidupan" dan bait berikutnya, kau mengambil sikap yang jelas. semoga disini pembaca menangkap warna dirimu yang sejati. bait ini pun sangat kuat sebagai sebuah ekspresi juga sebagai sebuah rima. coba kekuatanmu seperti ini kamu kembangkan dalam setiap bait yang kamu tulis.

setelah menyimak berulang "aku"-mu ini, ahmad, aku menyarankan coba kau renung-renungkan larik terakhir bait kedua dan terutama bait ketiga seutuhnya. atau tidak, karena kau menganggap "aku" sudah sempurna? terserahlah. cuma, aku bisa tahu pasti bahwa kau ternyata seorang yang pesimistik-romantik. ini bukan kelemahan, apalagi kesalahan, bukan; ini cuma potret dirimu, itu saja.

salam,

jasman

Siapa sih bapaknya puisi Indonesia, ada ga...?!?




ryoswicak


coba yang concern dalam hal ini, kasih tau dounk...
Karya - karnya yg terkenal juga donk sebagai referensi....



Answer
hum... puisi lahir 1920 - 1950 menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dan dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka.

Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis yang menjadi "bapak" sastra modern Indonesia dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk.

Angkatan '45, baru bermunculan para tokoh2 sastrawan
seperti Chairil Anwar (Kerikil Tajam), Pramoedya Ananta Toer(Perempuan dan Kebangsaan) dll.

Angkatan 50-an, ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B.Jassin.

Angkatan 50-60-an, N.H. Dini adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an ( Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko dll )

Angkatan 66-70-an, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll

udah ach capek, pegel2 semua nich tangan
70 sampe sekarang baca aza di http://ms.wikipedia.org/wiki/Sastera_Indonesia

o`ya kesimpulannya ga ada bapak puisi indonesia!!!



Powered By Info Bermanfaat
Update Forex 2013
Artikel Ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar