Jumat, 08 Maret 2013

KESESATAN MENYEMBAH KUBUR KAUM SUFI?

syair syair arab
 on syair-syair arab dan terjemahannya - mengulas tuntas
syair syair arab image



Awoakw


Home
Buku Tamu
Klinik Ruqyah
Forum Diskusi
Maillinglist Ruqyah
Audio Ruqyah
Download
Konsultasi
Galery Product

KUNJUNGI WEB BLOG BARU DARI RUQYAH ONLINE !

METAFISIS (MEMBONGKAR HAKIKAT ILMU TENAGA DALAM DAN ILMU METAFISIKA )

KESESATAN MENYEMBAH KUBUR KAUM SUFI
Diposting oleh Team Ihya As-Sunnah di 8:51 AM




INILAH SALAH SATU BENTUK KESYIRIKAN TERBESAR KAUM SUFI, YAITU BERDOA PADA ORANG YANG SUDAH MATI UNTUK DISAMPAIKAN HAJADNYA DENGAN CARA SYIRIK LAGI BID'AH.




Sufiyyah berdoâa kepada selain Allah yaitu kepada Nabi, para Wali yang hidup dan yang telah mati.

Mereka mengucapkan : âYaa Jailani!, Yaa Rifaâi!, dan Yaa Rasulullah!â, sebagai tujuan istighatsah dan memohon pertolongan atau dengan ucapan, âYaa Rasulullah! Engkaulah tempat bersandar.â

Sementara Allah Subhanahu wa Taâala berfirman :âDan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika engkau berbuat yang demikian itu maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang zhalim(musyrik).â(Yunus :106)

Rasulullah SAW telah bersabda :
âDoa itu adalah ibadah.â (HR Tirmidzi dengan sanad hasan shahih)
Maka doâa itu adalah ibadah seperti halnya shalat yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah, sekalipun kepada Rasul dan para Nabi. Karena hal itu termasuk perbuatan syirik besar yang dapat menghapus amal baiknya di dunia dan menjadikan pelakunya kekal dineraka (kafir).

Demikian pula yang kita lihat dikitab-kitab rujukan mereka yang mereka memuji para syaikh mereka pada tingkat pujian yang sampai kepada perbuatan syirik. Namun sayangnya syair-syair dalam bahasa arab yang biasa mereka bacakan dari kitab-kitab tersebut tidak dipahami oleh kaum muslimin pada umumnya karena keterbatasan mereka untuk memahami bahasa arab dan jauhnya mereka dari ulama ahlus sunnah, sehingga merekapun tertipu olehnya.


HUKUM MENZIARAHI KUBURAN GURU TAREKAT SUFI DAN MEMPERSEMBAHKAN KURBAN


Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz



Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Di Sudan, ada seorang guru yang banyak pengikutnya, para pengikutnya itu melakukan berbagai cara untuk mengabdi kepadanya, menaatinya dan mengunjunginya dengan berbekal keyakinan bahwa sang guru itu termasuk wali-wali Allah. Mereka mempelajari Tarekat Sufi Samaniyah darinya. Di sana terdapat kubah besar milik orang tua sang guru, dengan kubah itu para pengikutnya memohon berkah, mempersembahkan apa-apa yang dianggap berharga oleh mereka sebagai nadzar. Itu mereka lakukan sambil berdzikir disertai dengan menabuh piring dan genderang. Pada tahun ini, guru mereka memerintahkan untuk menziarahi kuburan guru lainnya, lalu para pengikutnya itu pun berangkat, laki-laki maupun perempuan dengan menggunakan ratusan mobil. Apa arahan Syaikh untuk mereka?

Jawaban
Ini kemungkaran dan kejahatan besar, karena pergi untuk menziarahi kuburan adalah suatu kemungkaran, Rasulullah Shallallahu âalaihi wa sallam telah bersabda,

"Artinya : Janganlah kalian mengusahakan perjalanan berat kecuali kepada tiga masjid; Masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha."[1]

Lagi pula, mendekatkan diri kepada para penghuni kuburan dengan nadzar, sembelihan, shalawat, do'a dan memohon pertolongan kepada mereka, semua ini merupakan perbuatan syirik, mempersekutukan Allah. Seorang muslim tidak boleh berdoa kepada penghuni kuburan, walaupun penghuni kuburan itu seorang yang mulia seperti para rasul tidak boleh meminta pertolongan kepada mereka, seperti halnya tidak boleh meminta pertolongan kepada berhala, pepohonan dan bintang-bintang. Adapun permainan piring dan genderang yang mereka maksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taâala , ini merupakan bid'ah yang mungkar. Banyak golongan sufi yang beribadah dengan cara demikian, semua ini mungkar dan bid'ah, tidak termasuk yang disyari'atkan Allah, sebab menabuh piring yang disyari'atkan hanya dikhususkan bagi wanita dalam acara perayaan pernikahan untuk mengumumkan pernikahan agar diketahui masyarakat bahwa itu adalah pernikahan, bukan perzinahan.

Selain itu, yang termasuk bid'ah dan sarana-sarana kesyirikan adalah membuat bangunan dan mendirikan masjid di atas kuburan, karena Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam telah melarang memagari kuburan, membuat bangunan di atasnya dan duduk-duduk di atasnya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu âanhu, ia mengatakan, "Rasulullah Shallallahu âalaihi wa sallam melarang memagari kuburan, duduk-duduk di atasnya dan membuat bangunan di atasnya."[2] Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda,

"Artinya : Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid."[3]
selengkapnya (video, text): http://ruqyah-online.blogspot.com/2008/07/sufiyyah-berdoa-kepada-selain-allah.html



Answer
Seorang muslim tidak boleh menyembah tuhan selain Allah apalagi menyembah kuburan.

Aliran Sesat, Kenali dan Hindari?




Gitulah


Oleh: Yulian Purnama

Sungguh Allah Taâala Maha Bijaksana, telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada hitam, juga ada putih. Ada manis ada juga pahit. Ada terang dan ada gelap. Ada kebaikan, maka ada pula keburukan. Nah, maka jika ada jalan kebenaran, di sana pun ada jalan kesesatan.

Entah mengapa sebagian orang alergi dengan kata âsesatâ dan tidak mau membahasnya. Seakan-akan bagi mereka segala sesuatu itu benar dan tidak ada yang salah. Padahal Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam sendiri seringkali mengisyaratkan adanya kesesatan dalam beragama dan senantiasa memperingatkan ummat agar menjauhinya. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Masâud radhiyallahuâanhu, ia berkata: âRasulullah shallallahu âalaihi wa sallam pernah membuat garis dengan tangannya, lalu bersabda: âIni jalan yang lurusâ. Kemudian, beliau membuat beberapa garis di kanan-kirinya, lalu bersabda: âIni semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang mengajak untuk masuk ke sanaâ â (HR. Ahmad, An Nasaâi dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Lalu apa pentingnya membahas tentang kesesatan dalam beragama? Perhatikan sebuah syair arab nan indah, yang dapat menjawab pertanyaan ini:

âAku mengenal keburukan bukan untuk berbuat keburukan. Namun aku mengenalnya agar bisa menjauhinya. Karena orang yang tidak mengenal keburukan, biasanya akan terjerumus ke dalamnyaâ.

Jalan Kesesatan Itu Banyak

Tentu pembaca telah mengetahui bahwa sesuatu dikatakan sesat bila ia tidak berjalan pada jalan yang benar. Sebagaimana seorang musafir dari kota A ingin menuju kota B namun karena salah meniti jalan ia malah sampai ke kota C. Maka si musafir tersebut kita katakan ia telah tersesat. Demikian juga dalam beragama, seseorang dikatakan sesat dalam beragama jika ia tidak menempuh jalan atau metode beragama yang benar sesuai Al Qurâan, hadits dan pemahaman para sahabat. Kesesatan dalam beragama ini memiliki probabilitas yang banyak. Dengan kata lain, bentuk, cara dan pola kesesatan dalam beragama sangat beragam dan sangat mungkin akan terus bertambah dari zaman ke zaman.

Sebagaimana hadits yang telah lewat bahwa Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam mengisyaratkan jalan kebenaran dengan sebuah garis dan mengisyaratkan kesesatan dengan garis yang banyak. Seolah-olah beliau ingin menyampaikan bahwa jalan kebenaran itu hanya 1 dan jalan kesesatan itu banyak. Al Qurâanul Karim pun menegaskan hal ini. Ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, Allah Taâala menggunakan lafadz mufrad (tunggal), misalnya firman Allah Taâala (yang artinya), âTunjukkanlah kami shirath (jalan) yang lurusâ (QS.Al Fatihah: 6). Di sini shirathun dalam bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah shuruthun. Sebaliknya, ketika menyebutkan tentang jalan kesesatan Allah Taâala selalu menggunakan lafadz jamak. Misalnya firman Allah Taâala (yang artinya), âDan janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) mereka (karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan Allah.â (QS.Al Anâam: 153). Subulun adalah bentuk jamak dari sabiilun. Jadi, jalan kesesatan itu banyak. Sedangkan jalan kebenaran hanyalah satu.

Ciri-ciri Aliran Sesat

Penting sekali bagi orang yang hendak menghindari aliran sesat untuk mengetahui ciri-cirinya. Sebagaimana telah kami sampaikan bahwa kesesatan sangat beragam dan bermacam jumlahnya, maka tidak mungkin dalam kesempatan yang terbatas ini, kami menyampaikan semua ciri dari kesesatan yang terjadi di masa ini. Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan maâlumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:

Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qurâan
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qurâan
Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu âalaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu âalaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir
Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariâah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu

selengkapnya: http://buletin.muslim.or.id/manhaj/aliran-sesat-jauhi-dan-hindari



Answer
Diem lo ANJINX!



Powered By Info Bermanfaat
Update Forex 2013
Artikel Ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar